Banyak
masyarakat berpikir bahwa Psikologi adalah ilmu yang kebarat-baratan dan kurang
tepat digunakan di Indonesia, khususnya Aceh. Beberapa masyarakat enggan untuk
berkonsultasi dengan Psikolog karena khawatir akan menyalahi aturan, salah
satunya aturan agama Islam. Hal tersebut tidaklah benar, beberapa Mata Kuliah Psikologi
membahas penyesuaian budaya, agama dan ciri khas dari orang-orang yang akan
ditangani. Seorang Psikolog Klinis misalnya, ia harus memperhatikan latar
belakang budaya, rasa, bahkan agama kliennya saat melakukan penanganan psikologis.
Seiring
dengan perkembangan zaman, maka ilmu pengetahuan terus berkembang. Begitu juga
ilmu Psikologi, saat ini terdapat
mata kuliah Psikologi Islam di beberapa Universitas di Indonesia salah satunya
Universitas Syiah kuala. Pada Psikologi Islam dijelaskan keadaan psikologis
seseorang yang sebenarnya terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist. Pada mata kuliah
ini juga mengkaitkan teori-teori barat dengan agama Islam, beberapa teori yang
sesuai digunakan di Aceh dan beberapa teori yang tidak sesuai diterapkan di Aceh, namun dapat
menjadi acuan.
Beberapa
variabel Psikologi juga dapat dijelaskan secara Islam dan bahkan beberapa
gangguan psikologis dapat disembuhkan secara Islam. Contohnya, penyembuhan
trauma (Trauma Healing) pada saat
Tsunami di Aceh, beberapa relawan dari luar daerah bahkan dari luar negeri
menyatakan bahwa daya tahan masyarakat Aceh lebih tinggi dibandingkan dengan
masyarakat dari daerah dan negara lain. Hal ini disebabkan karena masyarakat
Aceh memiliki pemahaman tentang Agama Islam yang lebih baik dibandingkan dengan
masyarakat lainnya. Masyarakat Aceh yakin bahwa yang terjadi merupakan teguran
dan cobaan dari Allah, dibalik musibah terdapat hikmah yang Allah berikan.
Selain itu, rasa taqwa dan berserah diri masyarakat Aceh lebih tinggi
dibandingkan masyarakat lainnya yang menyebabkan Trauma Healing tidak berlangsung lama.
Terkadang
pendekatan Islam juga diperlukan saat menangani kasus-kasus tertentu, seperti
memberi saran untuk berzikir kepada Allah, berdoa, dan shalat agar masalah yang
dihadapi dapat diselesaikan dengan pemikiran yang tenang. Seperti orang yang
memiliki masalah yang berdampak pada emosi yang tidak stabil dapat meregulasi
emosinya melalui pendekatan Islam. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa
orang-orang yang memiliki keimanan atau dekat dengan Tuhannya maka orang
tersebut memiliki emosi yang positif, sedangkan orang-orang yang tidak beriman
cenderung memiliki emosi negatif, penelitian dilakukan pada agama Kristen, Hindu,
Budha, Katolik dan Islam. Penelitian ini juga berhubungan erat dengan Islam, karena
Islam juga mengajarkan hal yang demikian dan ketika manusia memiliki keimanan
serta keyakinan kepada Allah maka manusia akan merasa lebih tenang dan damai.
Kiriman tulisan dari: Novi Andriani, Mahasiswi Psikologi Unsyiah.
Posting Komentar