![]() |
Ilustrasi Warung Kopi (Sumber: merdeka.com) |
Pergerakan zaman berkembang begitu pesat, begitu juga dengan Aceh. selain dikenal dengan julukkan “Serambi Makkah” Aceh juga dikenal dengan
sebutan negeri seribu warung kopi. Kehadiran warung kopi semakin ramai, mulai
dari warung kopi sederhana hingga warung kopi modern yang memberikan pelayanan 24
jam bagi penikmat kopi. Kota Banda Aceh yang merupakan ibu kota Provinsi Aceh
menegaskan bahwa Aceh dapat dikatakan sebagai provinsi seribu warung kopi,
mengapa tidak? Sepanjang jalan kota Banda Aceh terdapat banyak warung kopi.
Kopi seakan menjadi salah satu minuman yang paling nikmat dan menjadi minuman
wajib ketika bercengkrama. Bahkan minum kopi seakan sudah menjadi darah daging
yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Aceh. Saat ini Aceh menjadi produsen
kopi tersohor di mata dunia, produk kopi aceh yang terkenal diantaranya adalah kopi
gayo.
Dewasa ini, penikmat kopi tidak memandang lagi usia, bahkan
gender juga sudah tidak menjadi penghambat bagi masyarkat Aceh meminum kopi.
Warung kopi yang tersebar di sudut-sudut kota seakan menjadi tempat yang wajib
dikunjungi oleh setiap masyarakat Aceh. Di dalamnya tersedia beraneka ragam
fasilitas, mulai dari kelas sederhana hingga fasilitas mewah.
Sepintas munculah persepsi bahwa orang yang memiliki kebiasaan nongkrong
di warung kopi terlihat seperti orang yang tidak produktif, karena hanya duduk
dan berbincang-bincang dengan teman hingga berjam-jam. Disisi lain, ternyata
warung kopi bukan hanya sekedar tempat tongkrongan, akan tetapi juga sebagai tempat
membangun komunikasi, mulai dari membahas politik, ekonomi, silahturahmi,
bisnis, gosip, cerita masyarakat sampai membahas teknologi. Namun, bukan hanya
sekedar itu, meminum kopi sudah seakan menjadi gaya hidup anak muda.
Kini, warung kopi tidak pernah sepi dari remaja, dewasa, serta mahasiswa.
Harga terjangkau, bebas, dan tempat yang dianggap nyaman menjadi alasan
mahasiswa selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung ke warung kopi daripada ke
perpustakaan untuk membaca buku dan mengerjakan tugas kuliah. Sering kita lihat
diwarung-warung kopi para mahasiswa dimanjakan wifi gratis untuk membantu
mahasiswa yang ingin mengerjakan tugas dengan hanya bermodalkan secangkir kopi.
Selain menyuguhkan manfaat, ternyata fasilitas yang ada di
warung kopi berdampak negatif pada interkasi sosial. Seperti terlihat dalam
satu meja berkumpul beberapa orang, kemudian mereka menjadi acuh, tidak ada
diskusi hangat dan tidak jarang hanya terdengar hiruk pikuk kesibukan
masing-masing. Sebenarnya, aktivitas di warung kopi juga dapat menguras banyak
waktu, tentunya kita harus memanfaatkan waktu tersebut agar tidak berbuang
begitu saja. Misalnya dengan memanajemen waktu secara tepat, tidak menghabiskan
waktu hanya di warung kopi hingga larut malam. Sebagaimana kita ketahui bahwa
kurang istirahat berdampak pada kesehatan menurun, susah tidur (insomnia) dan bahkan menganggu konsentrasi
ketika dalam perkuliahan. Seperti yang dialami teman saya, ia selalu berada di
warung kopi hingga dini hari, sehingga ia sering tidak hadir kuliah pagi dan tidak
dapat mengikuti ujian akhir (final exam) karena kelalaiannya tidak
bangun pagi. Oleh karena itu kita harus cermat mengikuti perkembangan jaman,
jangan sampai terlena dan merugikan diri sendiri.
Kiriman tulisan dari: Cita Permata Ananda, Mahasiswi Psikologi Unsyiah.
Editor: Satria Arif Hidayat
Posting Komentar