![]() |
Foto : Ilustrasi |
Industrialtimes.net - Tidak selamanya kuliah itu “lempeng-lempeng aja”. Ada masanya dimana kita
dihadapkan pada saat-saat berat mendekati semester-semester akhir. Hal yang
paling “greget” adalah skripsi. Skripsi merupakan tugas final yang harus
dijalani setiap mahasiswa. Percaya atau tidak, skripsi sendiri sudah menjadi
momok bahkan sejak semester awal. Namun jangan takut. Untuk yang akan menjalani
pembuatan skripsi, kami punya tips-tipsnya.
Rencanakan
kapan mau lulus
Merencanakan
kapan mau lulus berkaitan dengan dua hal, pertama adalah tingkat kesulitan
topik tugas akhir serta rencana pengerjaan skripsi. Hal yang pertama berkaitan
biasanya dengan pemilihan topik dan tingkat kesulitan skripsi. Biasanya sih,
dosen pembimbing yang baik akan bisa memperkirakan kemampuan sang mahasiswa
serta target mahasiswa itu lulus. Dosen pembimbing memberi tingkat kesulitan kepada
mahasiswanya, dimana disesuaikan dengan target lulus sang mahasiswa. Kalau
target lulusnya akhir tahun, maka wajar bila diberikan skripsi dengan tingkat
kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan yang targetnya pada awal tahun ajaran (ini
disesuaikan dengan jadwal wisuda yang terdapat di awal dan akhir tahun ajaran).
Bijaklah
dalam memilih topik skripsi
Banyak
mahasiswa tingkat akhir yang tidak menyukai topik skripsinya sendiri. Atau ada
juga yang kehilangan gairah di tengah jalan karena sudah muak dengan topik
skripsinya. Ketidaksukaan ini biasanya didasari oleh dua hal, yang pertama
topik skripsi yang dipilihin oleh
dosen pembimbing (kalau ini sih kayaknya sudah
“nasib” ya?). Jika hal ini terjadi, maka sang mahasiswa harus melakukan negosiasi
terhadap dosen pembimbingnya tersebut. Jangan hanya asal terima lalu akhirnya
kesulitan sendiri. Yang kedua adalah mahasiswa tersebut tidak melakukan studi
awal terhadap topik pilihannya, hanya karena ada sekedar ide atau meniru dari
orang lain hingga akhirnya mengalami kesulitan sendiri atau yang lebih parah
merasa muak dengan topiknya sendiri. So, pilihlah topik skripsi dengan bijak.
Jangan yang terlalu mudah sehingga tidak ada tantangan, tapi juga jangan
terlalu sulit hingga tidak realistis untuk menyelesaikannya. Pengerjaan skrispi
seharusnya membuat mahasiswa menjadi gemar bekerja dengan mandiri, mempertajam
kemampuan mengolah data dan menganalisis hasil yang diperoleh.
Waktu
yang (terlalu) banyak
Biasanya,
skripsi dikerjakan ketika SKS kuliah sudah sedikit atau bahkan sudah tidak ada
sama sekali. Hal ini menjadikan waktu mahasiswa menjadi lebih banyak. Waktu
yang banyak apabila dikelola dengan baik akan menjadi sumber daya yang berharga
saat mengerjakan skripsi. Bahkan menurut saya sih, lebih berharga dari uang
transport sisa karena mengkarantina diri sendiri di lab kampus atau di rumah. Namun,
kalau waktu tersebut tidak dikelola dengan baik, maka mahasiswa tersebut akan
punya kebiasaan “menunda”. Hal ini yang membuat skripsi menjadi tak kunjung
selesai.
Waktu
yang fleksibel
Waktu yang
banyak juga merupakan wkatu yang fleksibel. Mahasiswa tingkat akhir dapat
mengerjakan skripsi kapan saja. Tips nya adalah bekerja lah ketika jam biologis
kita ada di saat-saat “alert” atau terjaga dengan baik. Contoh: Saya akan punya
konsentrasi dan mood yang lebih baik ketika
bekerja pagi hari dan sore hari (kadang hingga diri hari), so saya akan
mengerjakan hal yang terpenting pada masa-masa waktu tersebut. So, tanya kepada diri sendiri “kapan saya memiliki
konsentrasi dan mood yang paling baik?”
Jangan
ngilang dari hadapan dosen pembimbing
Mahasiswa menghindar dari dosen pembimbing biasanya karena “ga ada progress” sehingga malu untuk “menghadap”.
Rasa malu ini kemudian menjadi rasa “enggan” lalu menjadi “malas” dan akhirnya
benar-benar skripsinya tidak akan pernah selesai.
Kalau menemui
kesulitan, ya datangilah dosen pembimbing karena itu adalah tugasnya yakni
untuk membimbing. Dosen pembimbing memiliki pengalaman yang tidak kita punya,
yang bisa ia bagikan kepada kita. So, kalau
sekarang anda lagi “buron” dari dosen pembimbing, ya temuilah dosen tersebut
dan bicarakan masalah anda.
Selesaikan
“bottle neck” secepatnya
Dalam perjalanannya, pengerjaan skripsi akan menemui “bottle neck” atau
“bump”. Hal ini bisa persamaan yang tidak cocok, parameter yang masih belum
ketemu, alat yang tidak terkoneksi atausoftware yang
selalu error. Hal seperti ini harus diselesaikan dan
jangan dibiarkan.
Karena kalau dibiarkan, lama-lama kita akan muak dan tidak ada gairah untuk
menyelesaikan bottle necktersebut. Ada baiknya
bertanya kepada dosen pembimbing, membaca buku teks atau bertanya kepada orang
lain yang dirasa memiliki pengalaman yang lebih banyak dari kita.
Cicil
menulis
Mungkin ada
saatnya kita jenuh ketika mengerjakan penelitian, saat seperti ini bisa
digunakan untuk mencicil menulis. Mulailah dengan sekedar membuat layout
skripsi seperti margin, spasi, judul bab dsb. Saya rasa bab 2 atau biasa
dikenal dengan bab landasan teori adalah bab yang mudah untuk ditulis dahulu
bahkan sebelum penelitian kita selesai. Bab landasan teori adalah bab yang
merangkum teori yang kita gunakan dalam penelitan. Saya rasa bab ini adalah bab
yang paling mudah untuk dicicil terlebih dahulu.
Terbiasalah
dengan kata “revisi”
Setelah selesai menulis baik bab yang saling lepas atau skripsi secara
keseluruhan, maka dosen pembimbing akan memeriksa hasil penulisan kita. Saat
seperti inilah ketika kita harus me-revisi pekerjaan kita, baik revisi minor
atau mayor. Revisi bisa berupa hal kecil seperti format penulisan, salah
penulisan, urutan sub-bab yang keliru, format gambar, format tabel dsb. Hal-hal
seperti ini terkadang menguras emosi. Revisi juga bisa berupa hal yang prinsip,
seperti kurangnya landasan teori atau kurangnya referensi dari buku/artikel. So, terbiasalah dengan “revisi”, selesaikan
anjuran revisi dari dosen pembimbing dengan cepat maka skripsi akan cepat
selesai.
Sumber : https://chrisphdlife.wordpress.com
[Editor: Tarmizan]
Posting Komentar