![]() |
Ilustrasi |
Banda
Aceh, Industrialtimes.net- Fajar baru menyingsing, memancarkan sinar
keemasannya yang menyilaukan nan indah untuk di pandang. Seakan menjadi
penggerak semangat langkah demi mengais rezeki di bumi Gaza. Senyum-senyum
polos pun tersungging pada wajah-wajah penduduknya. Ya, tersenyum menjadi cara
mereka untuk tetap bersyukur kepada Allah atas cobaan yang menimpa.
Tentu,
masih melekat dalam benak kita kurang lebih setahun yang lalu negeri ini porak
poranda. Ketika Zionis melakukan agresi di bumi gaza yang meninggalkan cerita
dan derita. Ya, sebuah cerita tentang kepahlawanan penduduknya yang rela syahid
demi Al-aqsa tercinta. Dan juga sebuah derita tentang kita dan dunia yang
menutup mata ketika penduduk dan anak-anak gaza menjadi korbannya. Lantas,
apakah kini yang mereka miliki? Rumahkah? Mobilkah? Hartakah? Keluargakah?
Tidak saudaraku. Mereka tak punya lagi semua itu, mereka hanya punya Allah
saudaraku. Mereka hanya punya Allah.
Dan
kini kata sedih menjadi sebuah kata yang tak mampu menggambarkan kekejaman yang
berpuluh tahun mereka rasakan. Dalam kepungan Zionis mereka rela merana. Dalam
blokade-blokade yahudi israel yang tak mampu ditembus seluruh negara-negara
islam di dunia mereka juga rela tersiksa. Kemana para pemimpin islam? Dimana
letak penderitaan mereka dalam hati kita?. Duhai saudaraku, tak terhitung dan
tiada terkira beban yang sejak dulu dan kini mereka emban demi sekedar menjaga
pondasi Al-aqsa tetap kokoh berdiri di bumi palestina.
Wahai
muslimin dan muslimat, tak sadarkah kita telah melupakan mereka. Sudikah kita
berusaha mencari berita yang terjadi setiap harinya disana. Tanyakanlah pada
anak-anak gaza yang kehilangan, ingatkah mereka akan wajah orang tua mereka.
Dengarkanlah Rintihan air mata ibu-ibu yang kehilangan suami dan anak-anaknya.
Perhatikanlah tertatihnya saudara dan saudari kita memegang tongkat dan menaiki
kursi roda hanya sekedar untuk beraktivitas. Cobalah rasakan sakitnya ketika
peluru-peluru menembus tubuh yang terkoyak. Tinggalah dalam gubuk beralaskan
kardus tatkala dinginnya musim dingin menusuk badan. Tak akan mungkin sanggup
kita uraikan penderitaan mereka. Apakah tak tergores perih dalam lubuk hati
kita? Sungguh, sungguh saudaraku tak kuat lidah ini mengatakannya dan tak
sanggup lisan ini menyampaikannya.
Lantas,
adakah rasa peduli yang mengalir dalam setiap tarikan nafas kita? Tatkala kita
melihat foto seorang ayah menangis di samping jenazah putra putrinya yang masih
balita. Ya Allah, kemanakah rasa peduli dalam setiap relung hati kami? Rasa
peduli saat saudaranya tersakiti hingga harus meninggalkan dunia ini saat kami
hanya berdiam diri. Lupakah kita pada hadits nabi, jikalau muslim di ibaratkan
satu tubuh. Apabila satu sakit semuanya merasakan, dan apabila ada yang
kesusahan yang lainnya membantu meringankan. Lalu, apakah ini tak berlaku untuk
saudara kita rakyat gaza? Apakah rasa peduli itu hadir layaknya seperti musiman
saja yakni saat musim peperangan telah tiba?. Dan musim kepedulian untuk
palestina itu pun akhirnya berlalu dan pergi meninggalkan gundukan tanah syahidnya saudara kita.
Tak
ingatkah kita pada jasa mulia mereka duhai saudaraku? Di saat kita berpaling
saat Al-aqsa dinodai yahudi Israel, mereka malah menatap ke depan siap membela
pusaka ummat islam dari tentara zionis. Tak peduli bidikan senjata, bom-bom,
rudal canggih sekalipun yang menerjang. Yang mereka tahu hanyalah Al-aqsa harus
tetap tegak berdiri demi kita saudaraku. Demi ummat islam dunia mereka rela
bertaruh nyawa, karena mereka tahu tanah palestina dan masjidil Aqsa hanyalah
warisan ummat yang harus mereka jaga kesuciannya. Lantas, apa yang kita berikan
kepada mereka?
Sungguh
hanya kepeduliaan yang semu kita tunjukkan kepada mereka. Dalam balutan
kelupaan kita mulai menutup mata dan hati untuk gaza dan palestina. Perlahan,
bahkan juga untuk Al-Aqsa di dalamnya. Lalu, dengan sikap kita ini, apakah gaza
dan palestina akan berhenti? Apakah tekad api pembebasan dalam dada-dada
mujahid akan padam? Tidak saudaraku, dalam kelupaan kita atas mereka tersimpan
sebuah kerinduan untuk terus berjuang. Ya, kerinduan mereka bertemu dengan kita
disaat bumi palestina yang diberkahi telah di bebaskan dalam cengkraman zionis
Israel.Yang mereka inginkan hanyalah satu, tertunainya indahnya ibadah sholat
di dalam masjidil Aqsa bersama kita sang saudara yang perlahan mulai melupakan
mereka.
Lantas
apa yang mampu kita perbuat kini? Apakah hanya terus berpaling dan menutup mata
hati demi saudara kita dan Al-aqsa? Tiada kata terlambat bagi kita untuk
memperbaiki segalanya. Ibaratkan satu tubuh, saat mereka sakit kita juga wajib
merasakan sakit. Saat mereka kesusahan kita berhak meringankannya. Insya Allah
jika kita mampu menjalani pesan Rasulullah untuk kita ummatnya. Tak dapat kita
pungkiri , Kita, Gaza Palestina dan seluruh ummat islam dapat bersatu serta tak
melupakan satu sama lain. Yang juga saling mengeratkan, bermula dari satu
anggota menjadi susunan anggota. Dan dari susunan anggota menjadi satu tubuh
yang kuat. Tubuh yang mampu bergerak, merasakan sakit dan menikmati bahagia
bersama. Meraih cita-cita membebaskan tanah gaza, bumi palestina dan Masjidil
aqsa tercinta. Karena bersama kita bisa, karena kebersamaan adalah kekuatan, (
Fariz Aulia Alzi)
Posting Komentar