![]() |
Alumni Unsyiah di Pertambangan Batu Bara, Borneo. (Foto: Agus Rizal) |
Borneo, IndustrialTimes.net - Kebijakan skorsing dari pihak Rektorat ramai di sejumlah media
sosial hingga dimuat di media cetak Serambi. Kali ini kecaman juga disampaikan oleh
ratusan alumni Unsyiah yang tergabung dalam Borneo Community of Alumni Unsyiah
(BCA Unsyiah) di Tanah Borneo, Kalimantan.
“Ya. kami mengecam sikap pihak penguasa kampus Jantong Hate Rakyat
Aceh yang sampai mengeluarkan hukuman skorsing kepada sejumlah mahasiswa saat penyelenggaraan
kegiatan silaturrahmi kepada mahasiswa baru. Seharusnya solusi seperti ini tidak
perlu terjadi di Aceh.” Ujar Agus Rijal selaku alumni Fakultas Teknik angkatan 2007.
Alumni berpendapat bahwa kegiatan mahasiswa memang harus diback-up dan
dikontrol supaya tidak terjadi hal-hal yang melenceng dari sifat silaturrahmi itu
sendiri. Namun upaya pengontrol ini dianggap sudah keterlaluan oleh alumni. Hal
ini dikarenakan hukuman skors seharusnya diterapkan pada mahasiswa-mahasiswa pemakai
narkoba, pelanggar syariat maupun pembunuhan, bukan mahasiswa yang
menyelenggarakan silaturrahmi. Alumni juga menyarankan semua pihak yang
menjabat di Unsyiah bisa melakukan musyawarah dengan mahasiswa terkait solusi apa
yang ingin ditempuh.
“Seharusnya pihak penguasa kampus bisa melibatkan semua pihak termasuk
Alumni apabila Rektor, Pembantu Rektor dan Dekan di seluruh Fakultas Unsyiah terkekang dengan peraturan Dikti yang mengatur Larangan Kegiatan Mahasiswa
dan akan menghilangkan jabatannya jika melakukan pelanggaran. Maka hal ini bisa
dibicarakan bersama. Universitas Syiah Kuala itu bukan milik Rektor, Pembantu Rektor,
Dekan, dan para Dosen. Tapi kampus itu milik kita semua, Rakyat Aceh.Perlu kerja sama semua pihak agar
peraturan Dikti tidak cacat dan kegiatan silaturrahmi pun bisa diselenggarakan.”
Tambah Agus Rizal.
Selain itu, alumni juga menyayangkan keputusan yang menghanguskan SPP
satu semester itu dari sudut pandang orang tua mahasiswa yang diskors dan juga fungsi
dari kampus itu sendiri. Orang tua pasti akan sangat sedih mendapat kabar anaknya dihukum dengan alasan seperti ini. Kampus sendiri dinilai sebagai tempat mendidik, belajar etika,
disiplin dan bermasyarakat. Kampus dinilai menghasilkan manusia yang akan memanusiakan
manusia lain, bukan mencetak robot yang bisa diarahkan ke mana saja. Alumni yang
bekerja di Pertambangan Batu Bara Borneo ini juga berharap hukuman skors dapat
diringankan dan keputusan yang diambil akan lebih baik dan bijaksana.
“Nantilah mahasiswa-mahasiswa yang akan lulus bisa merasakan sendiri di
dunia kerja bagaimana fungsinya didikan robot atau manusia. Karenanya kita berharap
khususnya kepada Rektor dan Dekanan di seluruh Fakultas Unsyiah, cobalah untuk mencari
solusi-solusi yang lebih arif. Jangan terkesan emosional ketika menerapkan suatu
keputusan. Sikap tegas itu jangan salah diartikan. Kami berharap Rektor membatalkan
skorsing itu dan mahasiswa yang sudah diskors bisa kembali kuliah seperti biasa.”
Tutup Agus Rizal. [Rilis : Agus Rizal, Alumni Teknik 2007]
Saya juga alumni unsyiah. Saya mendukung keputusan rektor unsyiah menskors mahasiswa yang suka melanggar aturan. Rektor harus tegas memberikan sanksi kepada mahasiswa yg melanggar aturan. Mahasiswa kok suka melanggar aturan, malu dong....
BalasHapusAlumni kok beraninya komen dengan anonim, pffft LOL
HapusSama-sama anonim... jangan berisik... :D :D LOL :V
Hapus