Bireun,
IndustrialTimes.net — Satu
lagi yang lezat, gurih dan mengenyangkan dari kuliner asal Kabupaten Bireuen,
Provinsi Aceh. Mi tiau atau lebih dikenal sebagai kwetiau, sebuah makanan yang
selama ini dikenal sebagai masakan China. Berbahan dasar tepung beras yang
dibentuk menjadi mie persegi panjang, lantas diorak-arik dengan telur yang
dilengkapi udang, baso, cumi maupun daging.
Selain
populer, di Bireuen terbilang mudah menemukan warung yang menjual mi tiau—lazim
disebut di Aceh—oleh penjual keturunan Tionghoa maupun penduduk pribumi. Harga
juga relatif sama, yakni Rp 10.000 per saji mi tiau telur dan Rp 13.000 untuk
sepiring mi tiau udang berukuran sedang.
Tak
hanya warga setempat, pendatang dari luar Bireuen pun kerap memburu kuliner
satu ini setiap singgah. Apalagi pada sore dan malam hari yang secara khusus
rak-rak mi tiau ini beroperasi. Jejeran pembeli mulai dari bungkus sampai makan
di tempat, membutuhkan waktu lama mengantre mendapatkan pesanan mereka.
Terdapat
sedikitnya tiga warung pedagang tionghoa yang menyediakan mi tiau setiap
harinya, seperti di Warung Aon, Riang dan Mawar Resto, ditambah beberapa
pedagang lokal Aceh yang penjualan mi tiaunya tak kalah laris, yakni di Warkop
Arie depan komplek terminal dan warung sederhana di kawasan Cot Keutapang.
Penuturan
Hopheng, warga Medan, yang menyempatkan diri singgah ke Bireuen untuk menikmati
mi tiau, rasa yang ditawarkan tak jauh beda dengan mi tiau asal Medan. “Kendati
kwetiau ini terkenal paling enak di Medan, tapi punya Bireuen tetap saya
rindukan setiap melintas ke Banda Aceh,” ungkapnya.
Tak
hanya legit, mi tiau atau kwetiau Bireuen memiliki citarasa dan aroma
tersendiri yang menggugah selera pengunjung apalagi untuk mengganjal perut yang
lapar. “Karena terbuat dari tepung beras, makan mi tiau ini cocok sebagai
pengganti nasi yang kenyang dan sehat,” tambahnya.
Komentar
senada diungkapkan rekannya, Paulus, pengusaha asal Medan. Jaminan halal
merupakan perbedaan utama mi tiau asal Bireuen dengan Medan. “Walaupun rasa
sedikit berbeda, tapi halal bagi warga muslim,” tambahnya.
Cut
Raja, seorang pedagang mi tiau menyebutkan, resep dasar mi tersebut terbilang
sederhana alias tak rumit. Kendati mahal, setara dengan harga jual yang
diminati pelanggan. Yakni berbahan dasar kwetiau, daging ayam, telor, udang,
tauge, sawi dan rempah-rempah bumbu giling.
“Asal
semua bahan ditumis baik dan harum, tinggal dicampur dan ditambahkan udang
sebagai pelengkap rasa,” ujar Cut.
Diakuinya,
dalam sehari dia bisa menghabiskan hingga 15 kilogram mi tiau, bahkan meningkat
pada hari-hari libur dan akhir pekan.[]
Sumber: kompas.com
Posting Komentar