![]() |
©Arsalan van de Meerakker |
Oleh : Raihan Dara Lufika
Saat pertama kali mendengar kabar tentang Prof. Dr. Darni M.
Daud kembali menjadi Rektor Unsyiah, jujur saja saya shock. Saya juga tidak begitu mengerti, entah bagaimana, kabar itu
terdengar canggung ditelinga saya. Ada hal yang terasa aneh dalam berita ini.
Sampai saat ini pun, saya belum bisa memastikan hal aneh apa sebenarnya yang
ada dalam berita ini.
Aneka Jabatan
Pak Darni masih menjabat sebagai Rektor saat saya diterima
untuk berkuliah di Unsyiah. Pada saat itu pula, pak Darni telah mencalonkan
diri sebagai calon gubernur Aceh. Terkait pencalonan tersebut, dikatakan bahwa
pak Darni harus mengundurkan diri dari jabatan negeri jika menjadi calon Kepala
Daerah atau calon Wakil Kepala Daerah. Namun pak Darni tidak mengundurkan diri
melainkan hanya mengambil cuti saja. Maka Menbudiknas mengeluarkan SK yang
memberhentikan pak Darni dan kemudian mengangkat Prof.Dr. Ir. Samsul Rizal, M. Eng sebagai PJ Rektor.
Entah mengapa, hal ini terdengar masuk akal bagi saya.
Masa Pemilu Kada pun terlewati, sayangnya pak Darni belum
terpilih menjadi Gubernur Aceh, maka beliau meminta untuk dikembalikan
jabatannya. Namun hal itu tidak dipenuhi oleh Menbudiknas. Maka pak Darni pun
mengajukan banding dengan menggandeng Yusril Ihza Mahendra sebagai pengacaranya.
Dengan melalui persidangan, PTUN memutuskan untuk memenangkan pihak pak Darni
yang berarti pak Darni harus kembali menjadi Rektor Unsyiah.
Image
Entahlah, image yang
ditampakkan pak Darni dari awal sudah jelek bagi saya pribadi. Ada hal-hal
buruk yang hadir seiring disebutkannya perihal pak Darni kembali menjadi
Rektor. Saya bukan mahasiswa Hukum yang mengerti seluk-beluk hukum negeri ini.
Saya hanya orang awam yang kebetulan diberi kesempatan untuk berkuliah di
Unsyiah. Dari sudut pandang awam saya, saya tidak setuju dengan pengembalian
ini, bukan saya memihak satu pihak atau pihak lainnya. Hanya saja, adalah
sebuah keharusan seorang pemimpin memiliki kharisma dan wibawa sehingga
kepemimpinannya dapat memberikan kebaikan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Namun apa yang akan terjadi jika bahkan orang-orang yang dipimpinnya tidak lagi
menghormatinya? Entahlah, mungkin kita harus menunggu sejenak sebelum melihat
hasilnya.
*Raihan Dara Lufika, mahasiswi Teknik Industri Universitas Syiah Kuala angkatan 2011, Email : raihandara94@yahoo.com, Web/blog : warnawarniharapan.tumblr.com
Posting Komentar